Ririn Kurniasih, S.Pd.AUD
TK Pertiwi Sedayu I Kecamatan
Pracimantoro
CGP Angkatan 4 Kabupaten
Wonogiri
Mentoring
Stone
(2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman,
guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan
pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah
bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan
pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan
yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.
Konseling
Gibson
dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara
konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian
diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers
(1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan
rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang
tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
Coaching
sebuah
proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee
(Grant, 1999). Kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan
kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada
mengajarinya (Whitmore, 2003)
Coaching
adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan
membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam
mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih
efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab
pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong
dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia
temukan sendiri (Pramudianto, 2015).
Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan memotivasi para murid untuk menjadi lebih baik karena mereka merasakan potensi mereka tergali dan berkembang seiring dengan proses dan hasil dari coaching yang mereka telah lakukan. Dengan keterampilan coaching dalam berkomunikasi, harapannya murid kita menjadi lebih terarah dan dapat menemukan solusinya secara mandiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka. Tetapi hal ini tentu tidak mudah. Terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat.
Pada saat kita berkomunikasi dengan
coachee, kemampuan sosial emosional kita sangat diperlukan. Salah satu
keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan
aktif. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan kurang
berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah
pada diri coachee, yakni mitra bicara kita. Dalam hal ini, seorang coach harus
dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk
penilaian terhadap coachee. Kita hanya perlu untuk duduk berhadapan dengan
mereka dan mendengar apa yang mereka sampaikan. kemudian ajukan pertanyaan
untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau
perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu
menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita.
Kaitannya dengan pembelajaran
berdifernsiasi, yang menganggap bahwa setiap orang itu istimewa dan memiliki
perbedaan cara dan kecepatan dalam belajar sehingga guru harus mampu memberikan
hak belajar yang sama kepada setiap siswa. Pendampingan khusus dengan teknik coaching
dapat membantu para murid yang di anggap kesiapan belajarnya rendah dan
kecepatan dalam memahami materi pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar