Selasa, 21 Desember 2021

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak

Modul 1.4 Paradigma dan Visi Guru Penggerak

Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4

oleh: Ririn Kurniasih, S.Pd.AUD


Budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan anak-anak yang memiliki karakter yang kuat, sesuai profil pelajar Pancasila. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi montrol restitusi, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

1.       Disiplin Positif

Saya berusaha menerapkan disiplin positif dari hal-hal kecil agar bisa diteladani murid-murid.

2.      Motivasi Perilaku Manusia

Menanamkan motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

3.      Posisi Kontrol Restitusi

Menerapkan posisi kontrol teman dan manajer sehingga murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.

4.      Keyakinan Kelas

Bersama murid, membuat keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam kelas.

5.      Segitiga Restitusi

      Menerapkan strategi segitiga restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar menjadi murid merdeka.

Dalam membangun budaya positif tentunya tidak terlepas dari filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Seorang guru harus menerapkan nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid serta berperan menjadi pemimpin pembelajaran, kolaborasi dengan warga sekolah untuk terus berlatih meningkatkan kapasitas dirinya dalam memvisualisasikan harapan, menggandeng sesama dan mentransformasikannya menjadi harapan bersama. Dari sana, baru kemudian dilanjutkan dengan segala upaya gotong-royong yang diperlukan demi pencapaian visi atau masa depan murid. Jika budaya positif sudah tercipta, maka tidaklah sulit untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Setelah saya mempelajari paket modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak pada Program Pendidikan Guru Penggerak, saya telah mencoba menciptakan budaya positif di sekolah. Dengan mengambil pembelajaran dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara saya mulai mengubah mindset. Murid itu sudah mempunyai kodratnya sendiri-sendiri. Tugas pendidik hanya menuntun anak menuju keselamatan dan kebahagiaan. Saya dapat menggali bakat dan minat anak, tidak hanya dalam bidang pengembangan kognitif saja. Saya juga mencoba mendalami dan mengenali karakter setiap anak. Dalam mengajar di Taman kanak-kanak saya akan berusaha memberikan permainan yang memberikan kebebasan pada anak, sehingga anak-anak dapat bermain dengan bahagia dan terwujud kepemimpinan murid.

Saya mempunyai mimpi di masa depan yaitu menjadi seorang guru yang dapat membawa murid2nya bahagia dan mengajak teman sejawat untuk selalu berkolaborasi. Untuk mewujudkan mimpi/ visi tersebut, strategi saya adalah sebagai berikut:

  1. Mengenali karakter dan minat anak
  2. Menerapkan filosofi Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
  3. Menciptakan kegiatan belajar seraya bermain yang menyenangkan
  4. Mengembangkan diri untuk mendapatkan pengetahuan-pengatahuan tentang pendidikan.
  5. Aktif dalam kelompok kerja guru untuk saling tukar informasi dan mengembangkan kreativitas.
Selain itu saya juga mempunyai visi mengenai murid saya, yaitu Murid Kreatif Melalui Gerakan Numerasi Sekolah. Saya menyusun strategi perubahan berdasarkan pendekatan IA dengan tahapan B-A-G-J-A. strategi ini akan melibatkan guru, murid, dan orang tua yang akan saya mulai pada awal Semester Genap Tahun Pelajaran 2021/2022.






Rancangan untuk Tindakan Aksi Nyata


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IGTKI-PGRI KE-73, RIRIN: "TINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEKOMPAKAN" 22 Mei 2023 Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia Kecamatan...