Modul 1.4 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4
oleh: Ririn Kurniasih, S.Pd.AUD
Budaya positif di sekolah sangatlah penting
untuk mengembangkan anak-anak yang memiliki karakter yang kuat, sesuai profil
pelajar Pancasila. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya
nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pendidikan itu
hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Artinya, bahwa hidup
tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak pendidik. Anak-anak
itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh
menurut kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan-kekuatan kodrat anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Peran saya dalam menciptakan budaya
positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti disiplin positif,
motivasi perilaku manusia, posisi montrol restitusi, keyakinan kelas, dan
segitiga restitusi.
1. Disiplin Positif
Saya berusaha menerapkan disiplin positif dari hal-hal kecil agar bisa
diteladani murid-murid.
2. Motivasi Perilaku Manusia
Menanamkan motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
3. Posisi Kontrol Restitusi
Menerapkan posisi kontrol teman dan manajer sehingga murid dapat
menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala
perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang
positif, nyaman, dan aman.
4. Keyakinan Kelas
Bersama murid, membuat keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan
yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam kelas.
5. Segitiga Restitusi
Menerapkan strategi segitiga restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar menjadi murid merdeka.
Dalam membangun budaya positif tentunya tidak
terlepas dari filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu sesuai dengan
kodrat alam dan kodrat zaman. Seorang guru harus menerapkan nilai mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid serta berperan menjadi
pemimpin pembelajaran, kolaborasi dengan warga sekolah untuk terus berlatih
meningkatkan kapasitas dirinya dalam memvisualisasikan harapan, menggandeng
sesama dan mentransformasikannya menjadi harapan bersama. Dari sana, baru
kemudian dilanjutkan dengan segala upaya gotong-royong yang diperlukan demi
pencapaian visi atau masa depan murid. Jika budaya positif sudah tercipta,
maka tidaklah sulit untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Setelah saya mempelajari paket
modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak pada Program Pendidikan Guru Penggerak,
saya telah mencoba menciptakan budaya positif di sekolah. Dengan mengambil
pembelajaran dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara saya mulai mengubah mindset.
Murid itu sudah mempunyai kodratnya sendiri-sendiri. Tugas pendidik hanya
menuntun anak menuju keselamatan dan kebahagiaan. Saya dapat menggali bakat dan
minat anak, tidak hanya dalam bidang pengembangan kognitif saja. Saya juga
mencoba mendalami dan mengenali karakter setiap anak. Dalam mengajar di Taman
kanak-kanak saya akan berusaha memberikan permainan yang memberikan kebebasan
pada anak, sehingga anak-anak dapat bermain dengan bahagia dan terwujud
kepemimpinan murid.
Saya mempunyai mimpi di masa depan yaitu menjadi seorang guru yang dapat membawa murid2nya bahagia dan mengajak teman sejawat untuk selalu berkolaborasi. Untuk mewujudkan mimpi/ visi tersebut, strategi saya adalah sebagai berikut:
- Mengenali karakter dan minat anak
- Menerapkan filosofi Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
- Menciptakan kegiatan belajar seraya bermain yang menyenangkan
- Mengembangkan diri untuk mendapatkan pengetahuan-pengatahuan tentang pendidikan.
- Aktif dalam kelompok kerja guru untuk saling tukar informasi dan mengembangkan kreativitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar