Kamis, 16 Juni 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri



Ririn Kurniasih, S.Pd.AUD

Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Wonogiri

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran



Sekolah adalah ‘institusi moral’, yang dirancang untuk mengajarkan norma-norma sosial.

Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah.

Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan.



Berikut adalah Rangkuman Koneksi Antarmateri Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, maksud pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan murid akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, terlepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.

Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid

Dalam proses coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.

Di dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kompetensi sosial dan emosional guru sangat dibutuhkan. Di antara kompetensi sosial emosional adalah kesadaran diri, pengelolaan diri_ mengelola emosi dan fokus pada tujuan, kesadaran sosial_empati, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Jika dalam pengambilan keputusan, guru menerapkan kompetensi sosial emosionalnya, maka keputusan yang ia ambil akan tepat.

Untuk permasalahan atau kasus yang menyangkut masalah moral atau etika, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal, terutama dalam langkah penentuan nilai benar atau salah. Apabila dalam langkah ini hanya mempertimbangkan nilai yang diyakini secara pribadi maka mungkin saja keputusan yang diambil menjadi bersifat subyektif, sehingga tidak efektif. Dalam hal ini, guru dapat menerapkan nilai-nilai kolaboratif dan reflektif, yaitu meminta masukan atau saran dari orang lain tentang keputusan yang akan diambil dan merefleksikan kembali keputusan yang telah diambil.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus dilema etika yang telah dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan seharusnya akan menghasilkan keputusan yang efektif, karena telah melalui proses yang runtut dan terarah dalam mengambil dan menguji keputusan. Dengan demikian keputusan yang diambil akan mampu mengakomodasi atau memuaskan sebagian besar pihak-pihak yang terlibat. Hal ini tentu akan berdampak positif pada semua pihak dan mendukung terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman

kesulitan yang saya hadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah Kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak

Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang berpihak pada murid maka akan mempengaruhi pengajaran yang dilakukan sehingga akan memerdekakan murid. Misalnya pengambilan keputusan guru untuk melakukan proses pembelajaran yang menuntun bukan menuntut, dan memberikan kesempatan bagi murid untuk dapat mengekspresikan pemahamannya dengan berbagai cara sesuai dengan minat murid. Dengan menerapkan hal ini berarti guru telah memberikan kemerdekaan belajar bagi murid dan kemerdekaan untuk memutuskan hal baik

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, memasukkan keterampilan sosial emosional dan menanamkan budaya positif, maka diharapkan murid-muridnya akan belajar dengan senang dan nyaman sehingga akan tercapai student wellbeing. Pada akhirnya nanti murid-murid akan mencapai Profil Pelajar Pancasila.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai kasus. Untuk dapat melakukannya, guru harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Di antaranya adalah filosofi pendidikan, keberpihakan pada murid, kesadaran tentang keunikan dan keberagaman murid, kompetensi sosial emosional, paradigma dalam dilema etika, prinsip-prinsip berpikir untuk menyelesaikan dilema etika dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus memahami kebutuhan belajar murid. Inilah pentingnya pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang diambil dengan kesadaran penuh, dengan mempertimbangkan relasi, empati dan tanggung jawab. Ketrampilan coaching juga dibutuhkan, karena proses ini dapat digunakan untuk membantu murid mengambil keputusan yang bertanggung jawab, disamping dapat pula diterapkan pada rekan sejawat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IGTKI-PGRI KE-73, RIRIN: "TINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEKOMPAKAN" 22 Mei 2023 Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia Kecamatan...